UH 1 Semester 2 Materi Kedatangan Jepang ke Indonesia
Jepang tidak turun dari langit untuk langsung begitu saja datang dan menjajah nusantara. Ada sebuah proses, dan itu bisa dilacak pada tahun 1938. Ketika politik ekonomi dumping ala Jepang mengekspor barang-barang ke nusantara dengan kualitas bagus, baik, awet, dan pastinya murah! Inilah yang menjadi awal masyarakat Indonesia mengenal Jepang sebagai negara yang mampu memahami kebutuhan masyarakat nusantara pada saat itu. Pada tahun 1941, Jepang membombardir Pangkalan Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbour, Hawai, yang dinyana adalah simbol ekspansi psikis kolonial Belanda di Indonesia, bahwasanya, tanda alarm bahaya patut dibunyikan. Benar saja. Pada bulan Januari-Maret Jepang sudah bisa memasuki Indonesia dan mendominasi wilayah Kalimantan sampai Batavia, dan tepat pada tanggal 8 Maret 1942, Belanda menyerah tanpa syarat. Tentu, fenomena peristiwa ini adalah sebagai ajang untuk mengkonsolidasikan pemikiran dan gerakan sebagai agenda mewujudkan kemerdekaan. Sialnya, para founding fathers kita, terjadi perbedaan silang pemikiran dan pendapat antara pro dan kontra mengenai perihal "Mendukung Jepang atau Mengusir Jepang". Analisislah bagaimana proses terjadinya perdebatan tersebut, antara siapa sajakah, dan uraikan pendapat mereka argumen mereka, lalu tutup dengan pendapat kalian mengenai perdebatan tersebut!
Jawaban: Jepang tidak turun dari langit untuk langsung begitu saja datang dan menjajah nusantara. Ada sebuah proses, dan itu bisa dilacak pada tahun 1938. Ketika politik ekonomi dumping ala Jepang mengekspor barang-barang ke nusantara dengan kualitas bagus, baik, awet, dan pastinya murah! Inilah yang menjadi awal masyarakat Indonesia mengenal Jepang sebagai negara yang mampu memahami kebutuhan masyarakat nusantara pada saat itu. Serentak masyarakat Indonesia pada saat itu pasti langsung berasumsi bahwa Jepang adalah saudara, tidak ada yang menolak itu bahkan Soekarno. Namun ternyata ada seseorang yang tidak langsung menerima bahwa Jepang adalah negara yang baik, pelindung asia seperti yang mereka katakan. Orang yang menolak itu adalah orang yang paling dekat dengan Soekarno, yaitu Hatta. Cerita menariknya, kala itu Hatta diundang oleh juru bicara Kempetai untuk sekedar berbicara sambil menikmati kopi. Karena sedang puasa, Hatta akhirnya tidak meminum atau memakan yang dihidangkan. Setelah berbincang cukup lama, Hatta menyampaikan secara langsung alasan dia menulis sebuah karangan Anti Jepang. Hatta menyampaikan bahwa ia sangat menyayangkan imperialisme yang dilakukan Jepang yang telah menyengsarakan banyak orang. Lain dengan Hatta, Jepang mendapat izin dan sambutan dari Soekarno ketika pertama kali datang ke Indonesia bahkan ia membantu Jepang dalam melakukan eksplorasi ke berbagai wilayah. Soekarno berperan cukup besar dalam membantu Jepang sekaligus menyelamatkan pemuda-pemudi Indonesia. Saat tentara Jepang memerlukan perempuan-perempuan untuk pemuas nafsu seks, Soekarno memobilisasi para pelacur untuk keperluan tersebut. Maksudnya adalah supaya tentara Jepang tidak mengambil perawan-perawan dari penduduk. Meski ternyata upaya ini tidak bisa mencegah tentara Jepang mengambil para pemudi Indonesia sebagai jugun ianfu. Dalam hal pengerahan tenaga kerja (romusha) Soekarno bahkan membuat iklan, dimana ia ikut serta menjadi tenaga kerja sukarela.
Menurut saya, lebih baik kita tidak terlalu terbuka pada orang yang baru dikenal. Jepang adalah negara yang cukup maju saat itu sampai mereka ikut berperang, ini sudah sangat mencurigakan apabila mereka datang hanya dengan mengaku akan membantu memerdekakan bangsa Indonesia tanpa maksud lain. Hatta telah berani mengungkapkan bahwa ia tidak menerima Jepang, namun pada akhirnya ia mengalah pada Soekarno yang menyambut Jepang. Ini sangat disayangkan sebab setelah itu Jepang semakin semena-mena yang langsung dikomandokan oleh Soekarno. Meskipun Soekarno mengorbankan beberapa rakyat Indonesia dengan alasan untuk melindungi rakyat Indonesia yang lain, tetap saja itu mengerikan. Tapi mau bagaimana lagi, Soekarno dan Hatta-lah yang paling tau keadaan saat itu sangat mendesak, mereka juga sudah berusaha sekuat tenaga untuk melindungi dan membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan hingga akhirnya proklamasi bisa dilaksanakan dan sekarang kita sudah merdeka.
dosenpendidikan.co.id |
Dalam kolonialisme dan imperialisme, memang, seiblis-iblisnya mereka, tidak bisa kita pungkiri, bahwasanya, mereka mempunyai dampak begitu besar bahkan sampai sekarang pun masih kita bisa lihat, dengar, dan rasakan. Inilah pola benang merah sejarah yang sejalan dengan DNA yang masuk ke dalam pembuluh nadi bangsa kita tanpa disadari. Bagaimana proses penjajahan sangat kendal dalam memori kolektif bangsa Indonesia. Penjajahan membentuk pergantian napas bangsa Indonesia tanpa harus menggantikan napas sebelumnya! Artinya, bagaimana bangsa ini hidup dari berbagai napas-napas kolonialisme dan imperialisme dan melekat dalam jantung peradaban bangsa Indonesia, dan pastinya, tidak bisa kita hilangkan begitu saja. Jelaskan dan uraikan dampak dari kolonialisme dan imperialisme Jepang terhadap kehidupan bangsa Indonesia dalam bidang politik, sosial, hukum, budaya, ekonomi, dan pendidikan!
Jawaban: Datang mengaku sebagai saudara tua dan pelindung asia, namun kenyataannya Jepang datang ingin menjajah atau melakukan kolonialisme dan imperialisme di Indonesia. Walau hanya 3,5 tahun, Jepang adalah negara maju pada saat itu sehingga mereka bisa memberikan pengaruh besar bagi Indonesia dalam waktu yang singkat. Akibat pendudukan Jepang di Indonesia dalam bidang politik yang pertama adalah melarang penggunaan Bahasa Belanda dan memperbolehkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar serta dibentuknya badan persiapan kemerdekaan Indonesia, yaitu BPUPKI dan PPKI, sebuah propaganda untuk menarik lebih simpati bangsa Indonesia. Meski begitu pada akhirnya Jepang hanya mengizinkan penggunaan bahasa jepang saja. Mereka juga mewajibkan upacara bendera yang mana orang Indonesia harus memberikan hormat kepada Kaisar Jepang Tenno Heika. Jepang juga mengubah pemerintahan di Indonesia menjadi pemerintahan militer, mereka membangun pasukan militer angkatan darat dan laut di beberapa daerah untuk membantu perang pasifik. Berikutnya akibat pendudukan Jepang bidang sosial budaya berupa penderitaan rakyat bertambah karena segala kegiatan rakyat dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuh-musuhnya. Terlebih rakyat dijadikan pekerja romusha sehingga banyak jatuh korban akibat kelaparan dan penyakit. Dalam bidang ekonomi (sisi positif), didirikannya Kumyai yaitu koperasi yang bertujuan untuk kepentingan bersama. Diperkenalkan suatu sistem baru pertanian yaitu line system. Sistem ini adalah sistem pengaturan bercocok tanam secara efisien yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan. Untuk sisi negatifnya adalah seperti halnya seorang penjajah, Jepang mengambil secara paksa makanan, pakaian dan perbekalan lainnya dari rakyat Indonesia tanpa kompensasi hingga terjadinya inflasi dan krisis ekonomi yang sangat menyengsarakan rakyat. Pada masa pendudukan Jepang, keadaan pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Dilakukan pembatasan pendidikan sebagai politik Jepang untuk memudahkan pengawasan. Akibat pendudukan Jepang di bidang pendidikan, perguruan tinggi mengalami kemunduran dan banyak yang ditutup pada 1943.
Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, Jepang dibombardir oleh Amerika melalui Bom Atom. Hiroshima dan Nagasaki pun menjadi abu. Lebih dari 70.000 nyawa melayang. Betapa bengisnya perang! Tetapi, kita tentu tidak boleh bersenang di atas kematian nyawa yang berdosa, meski ini adalah celah untuk membentuk solidaritas kebangsaan demi merumuskan proklamasi kemerdekaan. Tetapi, lagi-lagi terjadi perdebatan. Ya, bangsa ini selalu dibangun atas dasar argumen sebagai fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kali ini, antara golongan tua dan golongan muda! Nah, jelaskan proses perdebatan antara kaum tua dan kaum muda dan analisislah sampai menuju kemerdekaan. Mengapa terjadi perbedaan? apa yang diperdebatkan, dan, bagaimana mereka mendamaikan suasana dan bersatu kembali?
Jawaban: Perdebatan ini terjadi karena baik dari pihak golongan muda dan tua memiliki perbedaan tentang kapan seharusnya proklamasi dibacakan. Golongan muda mendesak agar Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaannya. Sementara itu, golongan tua ingin menunggu keputusan dari Jepang. Golongan tua mengambil keputusan tersebut untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah. Golongan muda, memiliki pendapat bahwa pelaksanaan proklamasi kemerdekaan tidak boleh melalui PPKI karena PPKI dianggap sebagai badan buatan pemerintah Jepang. Golongan muda juga menganggap golongan tua yang terlalu lambat dan sengaja mengulur-ulur waktu proklamasi. Hingga akhirnya proklamasi dilaksanakan sesegera mungkin yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945, namun sebelum dilakukannya itu terjadilah peristiwa rengasdengklok. Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan sekelompok pemuda (selanjutnya disebut golongan pemuda) yakni Soekarni, Wikana, Chaerul Saleh dan juga Aidit. Tujuan penculikan ini adalah untuk mendesak Soekarno dan Hatta untuk melakukan proklamasi kemerdekaan saat itu 16 Agustus 1945 dengan kekuatan sendiri bukan pemberian Jepang. Sementara itu di Jakarta, Achmad Soebardjo dari golongan tua melakukan pembicaraan dengan Wikana yang mewakili golongan muda. Achmad Soebardjo berhasil meredakan ketegangan tersebut dan meyakinkan bahwa Proklamasi akan dilaksanakan pada 17 agustus di Jakarta. Achmad Soebardjo juga merupakan salah satu pegawai di kantor Laksamana Maeda, perwira AL Jepang yang memihak Indonesia dan menjamin keamanan mereka dalam melaksanakan persiapan proklamasi.