Kenapa Dengan Menguasai Pulau Jawa Kita Bisa Menguasai Indonesia?
Saya hanya ingin menunda dulu kesementaraan identitas keindonesiaan kita terlebih dahulu, guna memberi ruang dan waktu untuk mengkritisi fenomena realitas khazanah benang merah peradaban politik bangsa Indonesia.
Yang kita ketahui, bahwasanya, etnisitas kesukuan Jawa memiliki peranan penting dalam sejarah kekuasaan politik Indonesia. Paling termasyhur adalah, bagaimana Kerajaan Majapahit dengan Panglima Besarnya Gajah Mada mengucapkan "Sumpah Palapa", yang dinyana adalah sebagai dasar penciptaan menyatukan Nusantara. Akan tetapi, budaya kerajaan saat itu adalah, bila tidak ada kerajaan yang dengan sukarela bertekuk lutut, risiko jelas adalah diperangi oleh kerajaan tersebut; perang sudah pasti memakan banyak korban, yang artinya membunuh, membunuh saudara satu darah. Kita tahu juga, bagaimana kisah peristiwa Majapahit dalam merekonstruksi rekayasa perkawinan Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka, putri dari Kerajaan Pajajaran, yang berujung pada Perang Bubat, habislah Kerajaan Pajajaran, banyak yang terbunuh. Alasan politis adalah, bagaimana kerajaan dari Bumi Pasundan tersebut tidak mau takluk dan tidak mau sukarela mengakui berada di bawah kekuasaan Majapahit!
Majapahit bertekad, untuk menguasai Tanah Jawa sebelum bisa menggenggam nusantara. Ya, Jawa adalah sentral, Jawa adalah Kunci! Bila kalian ingin menguasai Indonesia, maka kuasailah tanah Jawa terlebih dahulu!
Seiring berjalannya waktu, Majapahit dan kerajaan Hindu-Budha lainnya runtuh dan bertransformasi menjadi Kerajaan Islam. Perubahan teologis kerajaan, ternyata, tidak mempengaruhi watak kuasa Jawa itu sendiri. Artinya, hasrat untuk menguasai Nusantara/Indonesia masih kental dan tebal. Kerajaan Demak dan Kerajaan Mataram misalnya, seakan menjadi sebuah genealogi kekuasaan yang turun temurun ikut memperpanjang tali hasrat menguasai nusantara/indonesia. Apakah sampai di situ? Tentu saja tidak!
Pasca proklamasi kemerdekaan dan hingga kini, realitas politik Indonesia pun seakan tidak berubah! Kita tahu bahwa Soekarno, Soeharto, Gusdur, Megawati, SBY, dan Jokowi adalah presiden yang berasal dari Jawa. Jawa memainkan peranan penting, katakanlah sebagai marwah dari jantung perpolitikan Indonesia!
Pertanyaannya adalah, analisislah realitas kekuasaan politik Indonesia dengan menarik garis kuasa watak raja jawa pada masa kerajaan sampai kini, mengapa genealogi kuasa watak raja Jawa terjadi dan terus eksis sampai kini? Padahal, kita sudah tidak lagi memakai sistem kerajaan, tetapi hasrat dari watak karakter raja Jawa seperti membayangi perpolitikan Indonesia? Ingin mendominasi dan menguasai singgasana kursi kekuasaan paling tinggi?
Jawaban: Pertama mari kita mulai terlebih dahulu dari luasnya dan kepadatan di Pulau Jawa. Pulau Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia dan merupakan pulau terluas ke-13 (138.793,6 km persegi) di dunia. Dengan jumlah penduduk sekitar 150 juta, pulau ini pulau berpenduduk terbanyak di dunia dan merupakan salah satu tempat terpadat di dunia. Meskipun hanya menempati urutan terluas ke-5, Pulau Jawa dihuni oleh 60% penduduk Indonesia. Angka ini turun jika dibandingkan dengan sensus penduduk tahun 1905 yang mencapai 80,6% dari seluruh penduduk Indonesia. Sumber.
Kontribusi Pulau Jawa bagi perekonomian Indonesia cukup besar. Hal itu berkaca pada kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai 60 persen. Bahkan ketika dulu pada zaman penjajahan Belanda, mereka juga mendirikan markas dan menjadikan Pulau Jawa sebagai pemasukan utama (rempah-rempah) karena tanahnya yang subur. Juga karena telah dijajah itulah yang membuat rakyat Jawa melakukan banyak perjuangan untuk menjajah yang akhirnya menambah nilai sejarah pulau ini dan akhirnya menambah lagi alasan kenapa Pulau Jawa dijadikan pusatnya Indonesia. Tidak hanya sejarah tentang perlawanan, namun juga sejarah dari berbagai kerajaan yang pernah ada di Pulau Jawa hingga meninggalkan bukti-bukti. Berkat perlawanan rakyat dari berbagai kerajaan itu kita bisa merdeka seperti ini, dan dari sejarah para kerajaan kita bisa mengetahui asal mula Indonesia.
Itu adalah penjelasan kenapa Jawa berkuasa di zaman dulu. Bagaimana dengan sekarang? Sama saja, Pulau Jawa masih menjadi pusat pemerintahan Indonesia ditambah lagi pulau ini semakin padat karena terjadinya urbanisasi. “Kita tahu bahwa Soekarno, Soeharto, Gusdur, Megawati, SBY, dan Jokowi adalah presiden yang berasal dari Jawa. Jawa memainkan peranan penting, katakanlah sebagai marwah dari jantung perpolitikan Indonesia!” karena banyak pemimpin yang berasal dari Jawa akhirnya terlahirlah stereotip “Bila kalian ingin menguasai Indonesia, maka kuasailah tanah Jawa terlebih dahulu!”
Sebenarnya stereotip itu tidak salah, namun dengan artian seperti ini: jika kamu adalah calon presiden, maka fokuskan dan menangkan hati para penduduk Jawa saja sudah cukup. Sebab populasi di Pulau Jawa berjumlah hampir 60% dari seluruh populasi Indonesia. Data Pemilih Tetap di Pulau Jawa berjumlah 110.686.810 orang dari total 192.866.254 orang pemilih. Artinya 57,29% pemilih ada di Pulau Jawa. Jumlah ini tersebar di enam provinsi dengan rincian DKI Jakarta 7.761.598, Jawa Barat 33.270.845, Jawa Tengah 27.896.902, Daerah Istimewa Yogyakarta 2.731.874, Jawa Timur 30.912.994 dan Banten 8.112.477. Sumber.
Kesimpulannya adalah: Kuasa Jawa bisa terjadi karena pusat pemerintahan, nilai historis yang banyak, kesuburan tanah, 60% populasi penduduk, stereotip, dan banyak hal lainnya berada di Pulau Jawa yang membuat kita berpikir kalau pulau ini adalah ‘otak’-nya negara Indonesia. Bila otak sudah dikuasai, maka kita bisa menguasai seluruh pergerakan anggota tubuh lain.