Job Application Letter
Label: Bahasa Inggris
KD 4.2 MENGANALISIS STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH
TUGAS INDIVIDU KIRIM KE GCR
NAMA : Muhammad Aria Darmawan
No. Absen : 26.
JUDUL NOVEL SEJARAH : Neraka di Timur Jawa (sumber)
PENGARANG : Dwi Arif Nugroho & Gelar Awal Nugroho
TAHUN TERBIT : 2019
JUMLAH HALAMAN : 46
Novel sejarah tersebut termasuk rekon Imajinatif. Sebab novel tersebut menceritakan sebuah kejadian aktual atau yang benar-benar terjadi yaitu tentang Pertempuran Surabaya, namun juga dikhayalkan dengan cara dibuatkan tokoh-tokoh baru yang akan menjalankan cerita agar diceritakan secara lebih rinci dari sejarah yang tercatat.
MENGANALISIS STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH SEPERTI PADA HALAMAN 44-48
BUKTI KUTIPAN TEKS DAN HALAMANNYA | STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH | KETERANGAN |
Berita itu sudah terdengar oleh masyarakat Surabaya. Kedatangan kembali ras kulit putih ke tanah Pulau Jawa. Mereka yang dalam tiga tahun lalu sudah meninggalkan Indonesia, kini sudah kembali ke Jakarta. Surat kabar maupun penyiaran di radio terus memberitakan kabar tersebut. Hal ini telah menjadi suatu pertanda yang tidak baik, bukan hanya bagi masyarakat Surabaya, tapi bagi seluruh rakyat Indonesia. Kali ini hanya dalam hitungan waktu, mereka kelak akan kembali ke tanah Surabaya. 1942, adalah kali terakhir kami melihat orang- orang itu menginjakan kaki di tanah ini. Terakhir kalinya menginjakan kaki pada gedung-gedung penting di Surabaya, dan terakhir kalinya mereka menginjakan kaki pada kehidupan masyarakat Surabaya. Meskipun pada akhirnya tiba masa yang lebih kejam dari mereka, namun untuk sesaat kami berbahagia atas kepergian mereka dari tanah Jawa. Satu hal yang kutahu pasti, kedatangan mereka tidak akan membawa berita baik bagi bangsa ini. (hlm. 4) |
| Berisi penjelasan tentang latar waktu yaitu pada tahun 1942, latar tempat pada Jakarta & Surabaya, dan situasi yang menjadi pembuka dari cerita novel ini adalah pada saat kembalinya orang ras berkulit putih ke Indonesia yang mana bukanlah sesuatu pertanda yang baik. Tempat: Jakarta dan Surabaya, Pulau Jawa. Waktu: tahun 1942-1945. Suasana: Menegangkan, karena kedatangan kembali orang kulit putih ke Indonesia bukanlah pertanda yang baik. Tokoh: Orang-orang kulit putih (Belanda dan Inggris) dan masyarakat Surabaya. |
Yang kami takutkan kini sudah terjadi. Pada hari ini, mereka telah datang ke tanah Surabaya. Dengan jumlah yang tidak sedikit. Dengan sikap intimidatif, mereka seraya menggertak kami agar mau menunduk di ujung laras senjata mereka. (hlm. 6) |
| Cerita di novel ini berjalan dengan dimulainya kedatangan tentara-tentara sekutu kembali ke Surabaya dengan sikap intimidatif. Masalah: Orang-orang kulit putih datang kembali untuk mencoba menundukkan kembali Indonesia. Pertentangan: Masyarakat sangat tidak terima dengan kedatangan kembali mereka. Tentu saja, rakyat menolak untuk tunduk lagi kepada bangsa Eropa. |
“Kita beruntung, perjuangan kita tidak sendiri. Tokoh-tokoh besar dari seluruh Surabaya ikut mendukung menggulingkan Inggris dan Sekutunya dari tanah Surabaya!” tegas Idrus. (hlm. 24) Satu mobil yang ditumpangi oleh Brigadir Jenderal A.W. Mallaby meledak begitu saja. Hal tersebut justru membuat tentara Inggris semakin membabi-buta, mereka mengejar para militant yang masih mencoba untuk bersembunyi. (hlm. 30) “Pada hari itu, kita turut mengawasi proses berjalannya perundingan gencatan senjata yang dilakukan oleh Soekarno dengan pihak Inggris. Peristiwa menjadi keruh, kekecewaan masyarakat terhadap Sukarno tidak dapat lagi digambarkan dengan kata-kata. Sejak kembalinya para militer Inggris ke Gedung Internatio, masyarakat menghujat para tentara Inggris tersebut. Hal tersebut semakin diperburuk sejak meledaknya mobil yang ditumpangi Mallaby. Baku tembak sudah tidak terhindarkan. Sungai Kalimas menjadi berwarna merah darah. Kita kehilangan banyak orang dalam peristiwa tersebut, termasuk salah satu diantaranya adalah Idrus,” Tambah Tigor sambil menahan sedih. (hlm. 31-32) |
| Belum genap 2 bulan merdeka, namun Belanda dan Inggris datang kembali ke Indonesia untuk kembali menjajah adalah awal masalah dari peristiwa Pertempuran Surabaya. Kegembiraan: Meskipun menyakitkan bila harus kembali berperang, namun berita membahagiakan bahwa seluruh masyarakat Surabaya yang sangat kuat mempertahankan kemerdekaan dan mau bersatu melawan kembali para penjajah demi menjaga tanah air. Kehebohan: Brigadir Jenderal Inggris, A.W. Mallaby, meninggal dunia ketika mobil yang ditumpanginya meledak. Keterlibatan: Inggris membabi buta mencari rakyat Surabaya yang sembunyi dan menembaknya hingga Surabaya kehilangan banyak pejuangnya, bahkan sebuah sungai berubah warna menjadi merah karena darah dari insiden tersebut. |
Kematian Mallaby telah membawa kabar buruk bagi seluruh arek-arek Surabaya. Di pagi yang cerah, mereka telah menjatuhkan pamflet-pamflet ultimatum, mereka memaksakan agar seluruh rakyat Surabaya menyerahkan seluruh senjata yang dimiliki paling lambat tanggal 10 November, pukul 6 pagi. (hlm. 36) Suasana perkumpulan relawan saling bercarut- carut, meskipun mereka masih bingung bagaimana merespon ultimatum tersebut. Sebagian banyak yang menyarankan untuk menuruti permintaan tersebut, sebagian lagi terang menentangnya. “Terakhir kali mereka membabi-buta, mereka berhasil membunuh Idrus dan kawan-kawan kita yang lainnya, jika kita tidak menuruti mereka kita semua tinggal hidup dalam hitungan detik!” Ujar salah satu orang yang mendukung untuk melaksanakan ultimatum. (hlm. 36-37) Mansergh tidak bercanda mengenai ultimatum yang diberikannya, sejak pukul 6 pagi jalanan Surabaya sudah dipenuhi kendaraan lapis baja milik sekutu. Kapal-kapal perang sudah menyiapkan meriamnya di sekitar pelabuhan dan perbatasan-perbatasan kota. Langit terbelah oleh pesawat tempur yang siap menjatuhkan bom-bomnya. Di sisi lain, arek-arek Surabaya mencoba tetap berada di bawah radar dan menunggu Inggris untuk menyerang terlebih dahulu. Sekejap meriam-meriam dilepaskan, bom-bom dijatuhkan dan peluru mulai menerjang. Bangunan- bangunan mulai roboh, tiang-tiang serta pohon pohon juga mulai tumbang. Banyak mayat bergelimpangan seperti seekor binatang di sepanjang jalan dan selokan. (hlm. 39) |
| Insiden kematian Jendral Mallaby sangat membuat Inggris murka hingga menyebabkan berbagai masalah berkepanjangan dan pembunuhan di mana-mana. Bagian klimaks: Inggris benar-benar serius akan ultimatum yang dibuatnya, yaitu dengan menyebarkan pamflet yang berisi perintah kepada rakyat Surabaya untuk segera menyerah. Perubahan nasib: Banyak rakyat atau pejuang Surabaya yang mulai goyah dan tidak yakin jika harus melawan inggris yang mana sebelumnya mereka sudah banyak membunuh para pejuang. Peristiwa mendebarkan: Untuk membuktikan perintahnya dan mewujudkan balas dendamnya, Inggris mengerahkan seluruh kekuatan militernya yang berada di nusantara, seperti kendaraan lapis baja, kapal perang, dan pesawat pengebom. |
Para relawan militan tidak menyerang di ruang terbuka, mereka cenderung menyergap dalam jalan-jalan yang gelap. Sesekali mereka menjadi pasukan taktis yang bertugas menghambat mobilisasi dari pasukan-pasukan Inggris. Begitu pula dengan Abi, meskipun tidak selamanya ia mengangkat senjata api, namun bukan berarti ia tidak berkontribusi. Dalam benaknya, ia hanya menginginkan agar pertempuran ini cepat selesai, dan ia bisa kembali bersama peluk hangat keluarganya. Namun dalam waktu ini, ia harus terbiasa tidur berpindah-pindah, dengan tanah sebagai alas dan bintang malam sebagai atapnya. (hlm. 40) “Jangan terlalu keras terhadap dirimu sendiri. Kematiannya bukan merupakan salahmu, ia memilih untuk berjuang atas apa yang dianggap benar bagi dirinya. Kita semestinya bukan menangisi kepergian Idrus, tapi justru menjadikannya sebagai motivasi kita untuk meneruskan perjuangannya. Kelak, ketika ini semua berakhir, kita akan kembali kepada hidup yang normal. Dan sejarah kelak akan menuliskan cerita tentang hari-hari ini.” Jawab Tigor seraya mencoba menenangkan Abi. (hlm. 41) “Apa kau sudah lupa dengan apa yang diperjuangkan Idrus? Karenanya kau masih bisa berdiri disini sekarang! Bahkan, jika ia masih ada disini, ku yakin ia akan melakukan apa yang akan kulakukan. Aku tidak berasal dari daerah ini, tapi aku rela mati berjuang demi mereka. Semestinya kalian malu untuk mempertimbangkan lari dari medan pertempuran!” Bentak Tigor. (hlm. 44) Kelompok kecil relawan tersebut akhirnya terpecah menjadi dua kubu. Farid, Abi dan segelintir relawan lainnya berusaha untuk mengungsikan warga setempat ke Solo. Sedangkan Tigor dan beberapa relawan lainnya tetap untuk memutuskan bergerilya melawan serdadu-serdadu Inggris. Tidak ada perpisahan yang istimewa diantaranya, hanya diiringi dengan gabungan meriam dan bom yang menghantam gedung- gedung di Surabaya. (hlm. 44) |
| Karena tahu akan kalah jika melawan pasukan Inggris secara langsung, masyarakat Surabaya mencoba berbagai taktik yang salah satunya adalah gerilya untuk menyerang. Penjelasan/penilaian sikap/nasib tokoh: Tokoh utama, Abi, ikut berkontribusi mengangkat senjata api. Ia hanya ingin pertempuran yang dihadapinya itu cepat berakhir karena ingin secepatnya kembali ke peluk hangat keluarganya. Wujud akhir/nasib tokoh utama: Salah satu karakter utama, Idrus, telah lebih dulu meninggalkan teman-temannya. Namun kematiannya dapat memberikan semangat atau motivasi kepada para rakyat Surabaya lain agar tidak menyerah terhadap apa yang sedang diperjuangkan. |
Minggu ketiga, semenjak pertama kali Masergh menghujani Surabaya dengan peluru dan meriamnya. Kini dentuman-dentumannya sudah berhenti bergema dalam lorong-lorong gedung yang kosong. Dari kejauhan, kini yang nampak dari kota ini adalah asap hitam yang pekat. Di sepanjang perjalanan ke Solo, sesekali aku menengok ke belakang. Mengingat bagaimana Ibu dan Dewi masih melambaikan tangan kearahku. Semoga mereka baik-baik saja, aku percaya Tuhan akan selalu melindungi mereka. Setidaknya kini peluru tidak akan lagi menghujani diriku, hanya kerinduan dan kehampaan yang bergema dari bilik kalbu. Ratusan ribu korban jiwa berguguran hanya untuk menumpaskan beberapa ribu orang Londo. Meskipun dalam batinnya mereka tahu untuk tidak lagi mengusik Republik ini. Yakinlah yang terjadi dalam satu bulan terakhir kelak akan berbalas hasil yang lebih baik. Sesungguhnya jasamu tidak akan mampu tergantikan oleh materi. Mereka adalah bangsa yang bebas ketika kita masih dirantai 350 tahun dalam kebodohan. Sampai kapanpun, kita tidak akan bisa mengalahkan mereka menggunakan senjata yang mereka miliki. Perjuangan dengan senjata telah dilakukan. Kini jalan lain juga harus ditempuh, satu jalan yang tidak menggunakan api dan darah. (hlm. 45-46) |
| Perjuangan yang sangat keras pun sampai mengorbankan ratusan ribu nyawa pejuang hanya dapat mengalahkan seribu pasukan sekutu. Terjadi perbedaan yang terlalu jauh antara teknologi senjata sekutu dan kita Indonesia. Komentar seluruh isi cerita: Novel seperti ini sangat bagus untuk mengingatkan kepada masyarakat luas yang membacanya akan bagaimana dan seberapa kerasnya perjuangan para pahlawan terdahulu yang bahkan tahu kalau mereka tidak dapat mengalahkan sekutu hanya dengan senjata yang dimilikinya saat itu, namun perjuangan mereka dalam mempertahan kemerdekaan sungguh besar demi kehidupan merdeka atau bebas anak dan cucu di masa depan. Kita memang tidak perlu berjuang dengan bertempur seperti para pahlawan terdahulu, tapi kita bisa ikut menjaga kemerdekaan dengan tetap menjaga persatuan seperti yang sudah mereka contohkan di masa lalu di mana semangat persatuan mampu memberikan Indonesia sebuah kemerdekaan. |
MENGURAIKAN UNSUR KEBAHASAAN TEKS NOVEL SEJARAH
NO | KAIDAH KEBAHASAAN (Lihat penjelasan hlm. 60-62) | BUKTI KUTIPAN TEKS NOVEL SEJARAH DAN HALAMANNYA |
1. | Kalimat bermakna lampau |
|
2 | Konjungsi kronologis |
|
3 | Verba material |
|
4 | Verba yang menunjukkan kalimat tak langsung |
|
5 | Verba mental |
|
6 | Penggunaan dialog |
|
7 | Penggunaan kata sifat (adjektiva) |
|
MENJELASKAN NILAI-NILAI TEKS NOVEL SEJARAH
NO. | NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM NOVEL SEJARAH | BUKTI KUTIPAN TEKS NOVEL SEJARAH DAN HALAMANNYA |
1 | Nilai Moral/Etika: Sikap dan perilaku. | Namun hal tersebut tidak membuat rakyat Surabaya mundur, dengan semangat perjuangan mereka berani menghadang pasukan-pasukan Inggris. Bermodalkan bambu runcing, senjata tajam dan segelintir senjata api yang diperoleh dari tentara Jepang, tidak menggoyahkan pasukan-pasukan tersebut. (hlm. 39) |
2 | Nilai Budaya: kebudayaan suatu wilayah.. | “Saat ini dunia sedang berubah pak, bangsa-bangsa kecil di dunia sudah melek akan penindasan imperialisme. Semestinya kita bersukacita ketika bangsa kita menyatakan merdeka dari pendudukan kolonialisme,” Sahut Dewi. (hlm. 9) |
3 | Nilai Sosial: tata pergaulan atau hubungan masyarakat. | “Kita beruntung, perjuangan kita tidak sendiri. Tokoh-tokoh besar dari seluruh Surabaya ikut mendukung menggulingkan Inggris dan Sekutunya dari tanah Surabaya!” tegas Idrus. (hlm. 24) |
4 | Nilai Agama/religi: bersumber dan berkaitan nilai-nilai agama. | Tuhan, berikan aku kekuatan untuk melakukan apa yang telah diwajibkan kepadaku, jadikanlah aku manusia yang bermanfaat, setidaknya bagi diriku sendiri. (hlm. 21) |
5 | Nilai Estetis: unsur keindahan dari hal yang ada di dalam cerita. | Setibanya di hotel oranye, sontak keduanya terkejut melihat banyak masyarakat Surabaya yang sudah mengelilingi gedung dengan bentuk yang lebih bagus daripada gedung lain, berwarna putih dan diketahui memiliki tiga lantai tersebut dengan membawa senjata api maupun senjata tajam. Tidak hanya berkumpul di bagian depan gedung yang memiliki beberapa pilar, bahkan banyak masyarakat Surabaya yang naik hingga ke lantai 2 yang terdapat balkon dan sepanjang dindingya dipasangi jendela. Di bagian lengkungan bangungan itu terdapat pilar atau sebuah bangunan persegi panjang besar dan tinggi yang di atasnya tertancap tiang dan bendera Belanda. (hlm. 14) |
MENCARI 5 SOAL PG DAN PEMBAHASANNYA TENTANG TEKS NOVEL SEJARAH
JAWAB :
Sejarah apa yang coba diceritakan kembali dalam novel sejarah di atas?
Pertempuran Surabaya
Pengusiran Jepang dari Indonesia
Pertempuran melawan VOC
Merebut kembali Ibukota
Memperjuangkan proklamasi
Pembahasan: Di dalam novel sudah dijelaskan bahwa alurnya memiliki latar 3 tahun setelah proklamasi, yang mana permasalahan utamanya adalah kedatangan kembali negara sekutu Indonesia dan banyak juga disebutkan bahwa latarnya adalah di kota Surabaya pada bulan November.
Novel sejarah di atas termasuk ke dalam jenis rekon… Karena…
Faktual, cerita yang dihadirkan memang benar-benar pernah terjadi di Indonesia
Imajinatif, menceritakan kisah aktual tapi juga dikhayalkan
Pribadi, menceritakan tokoh pahlawan yang terlibat langsung dalam pertempuran
Faktual, memuat sejarah asli yang di mana ditulis bersumber tokoh aslinya yang pernah terlibat
Imajinatif, menceritakan kisah khayalan penulis yang di mana si penulis terlibat secara langsung
Pembahasan: Novel sejarah tersebut termasuk rekon Imajinatif. Sebab novel tersebut menceritakan sebuah kejadian aktual atau yang benar-benar terjadi, namun juga dikhayalkan dan diceritakan secara lebih rinci.
Dengan sikap intimidatif, mereka seraya menggertak kami agar mau menunduk di ujung laras senjata mereka.
Kalimat di atas merupakan contoh kaidah kebahasaan yang digunakan di dalam novel sejarah, yaitu…
Pengungkapan peristiwa
Kalimat bermakna lampau
Penggunaan kata sifat
Penggunaan kata kerja
Kalimat tidak langsung
Pembahasan: Contoh kalimat di atas termasuk ke dalam jenis kalimat yang menggunakan kata sifat yang biasanya untuk menggambarkan tokoh, tempat, dan suasana. Yang digunakan di dalam contoh adalah penggambaran tokoh, karena menggunakan deskripsi ‘sikap intimidatif’ dan kata ‘mereka’ yang merujuk kepada manusia atau tokoh.
Berita itu sudah terdengar oleh masyarakat Surabaya. Kedatangan kembali ras kulit putih ke tanah Pulau Jawa. Mereka yang dalam tiga tahun lalu sudah meninggalkan Indonesia, kini sudah kembali ke Jakarta. Surat kabar maupun penyiaran di radio terus memberitakan kabar tersebut. Hal ini telah menjadi suatu pertanda yang tidak baik, bukan hanya bagi masyarakat Surabaya, tapi bagi seluruh rakyat Indonesia. Kali ini hanya dalam hitungan waktu, mereka kelak akan kembali ke tanah Surabaya.
Dalam novel sejarah, paragraf tersebut termasuk ke dalam struktur…
Koda
Reorientasi
Menuju konflik
Orientasi
Pengungkapan peristiwa
Pembahasan: Karena paragraf tersebut berisi penjelasan tentang latar waktu yaitu pada tahun 1942, latar tempat pada Jakarta & Surabaya, dan situasi yang menjadi pembuka dari cerita novel ini adalah pada saat kembalinya orang ras berkulit putih ke Indonesia yang mana bukanlah sesuatu pertanda yang baik.
Namun hal tersebut tidak membuat rakyat Surabaya mundur, dengan semangat perjuangan mereka berani menghadang pasukan-pasukan Inggris. Bermodalkan bambu runcing, senjata tajam dan segelintir senjata api yang diperoleh dari tentara Jepang, tidak menggoyahkan pasukan-pasukan tersebut.
Sebuah yang sangat tergambarkan pada paragraf tersebut adalah…
Nilai Estetis
Nilai Sosial
Nilai Budaya
Nilai Perjuangan
Nilai Etika
Pembahasan: Paragraf tersebut menjelaskan tentang perjuangan rakyat Surabaya yang tak kenal menyerah, bermodalkan hanya bambu runcing mereka berani menghadang pasukan-pasukan Inggris. Semangat perjuangan yang muncul karena kecintaan dan keinginan mereka mempertahankan tanah air. Bila diartikan, seperti itulah pesan moral atau etika dari paragraf di atas.
Lihat tugas »