Menganalisis Tata Ruang DKI Jakarta

  1. Profil wilayah


Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Provinsi DKI Jakarta) adalah provinsi yang memiliki kekhususan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah karena kedudukannya sebagai Ibukota NKRI. Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kotamadya dan satu kabupaten administratif, yakni: Kotamadya Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km², Jakarta Utara dengan luas 142,20 km², Jakarta Barat dengan luas 126,15 km², Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km², dan Kotamadya Jakarta Timur dengan luas 187,73 km², serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km². Di sebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa. Keadaan Kota Jakarta umumnya beriklim panas dengan suhu udara maksimum berkisar 32,7°C - 34,°C pada siang hari, dan suhu udara minimum berkisar 23,8°C -25,4°C pada malam hari. Rata-rata curah hujan sepanjang tahun 237,96 mm, selama periode 2002-2006 curah hujan terendah sebesar 122,0 mm terjadi pada tahun 2002 dan tertinggi sebesar 267,4 mm terjadi pada tahun 2005, dengan tingkat kelembaban udara mencapai 73,0 - 78,0% dan kecepatan angin rata-rata mencapai 2,2 m/detik - 2,5 m/detik.


serverinsip.net

Laju pertumbuhan penduduk pada periode tahun 1980-1990 sebesar 2,42% per tahun, menurun pada periode 1990-2000 dengan laju 0,16%. Pada periode 2000-2005, laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,06% per tahun. Dilihat dari struktur umur, penduduk Jakarta sudah mengarah ke ”penduduk tua”, artinya proporsi ”penduduk muda” yaitu yang berumur 0-14 tahun sudah mulai menurun. Bila pada tahun 1990, proporsi penduduk muda masih sebesar 31,9%, maka pada tahun 2006 proporsi ini menurun menjadi 23,8%. Sepanjang tahun 2002-2006, proporsi penduduk umur muda tersebut relatif stabil, yaitu sekitar 23,8%. Sebaliknya proporsi penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas) naik dari 1,5% pada tahun 1990, menjadi 2,2% pada tahun 2000. Tahun 2006, proporsi penduduk usia lanjut mengalami kenaikan menjadi 3,23%.


  1. Potensi wilayah


Meskipun dikenal dengan kepadatan penduduk dan banyaknya gedung-gedung tinggi, wilayah DKI Jakarta juga memiliki berbagai macam tempat wisata yang menjadi potensi wilayahnya.


Segi Pariwisata Rekreasi diantaranya:


  1. Ragunan,

  2. Dunia Fantasi (Dufan),

  3. Taman Impian Jaya Ancol,

  4. Taman Mini Indonesia Indah (TMII),

  5. Monumen Nasional (Monas),

  6. Kota Tua, dll.


Segi Pariwisata Sejarah dan pariwisata pembelajaran diantaranya:


  1. Lubang buaya,

  2. Museum Satria Mandala,

  3. Museum Fatahillah,

  4. Planetarium,

  5. Museum Wayang,

  6. Museum Keramik,

  7. Rumah si Pitung, dll.


Segi Pariwisata laut/pantai diantaranya:


  1. Pantai Ancol,

  2. Pulau Seribu, dan

  3. Pantai Marunda.


Segi Pariwisata Taman:


  1. Taman Jogging,

  2. Taman Ayodya,

  3. Taman Menteng,

  4. Taman suropati, dll.


  1. Perbedaan potensi wilayah dengan wilayah lain


Perbedaan potensi wilayah DKI Jakarta akan sangat terlihat jika kita membandingkan jumlah gedung atau infrastruktur yang ada di Jakarta dengan yang ada di pulau Kalimantan. Tidak hanya itu, sebagai pusat ekonomi negara penduduk di daerah Jakarta jauh-jauh lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk di Kalimantan. Jika dilihat dari keadaan alam, Jakarta memiliki sedikit lahan terbuka yang ditumbuhi pohon, tapi di Kalimantan masih mayoritas daerahnya adalah hutan dan perkebunan sawit. Dari potensi wisatanya juga berbeda, yang mana di Jakarta lebih banyak terdapat tempat wisata buatan, di Kalimantan lebih banyak pilihan wisata alam yang asli dan indah.


  1. Permasalahan yang ada


Banyak permasalahan yang dihadapi kota DKI Jakarta yang salah satunya yaitu tata ruang, banyak orang yang membangun bangunan tidak resmi di sembarang tempat, maka dari itu tata ruang kota Jakarta semakin tidak karuan. Banyaknya tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan salah satunya masyarakat membangun bangunan di tempat yang seharusnya tidak dibangun bangunan. Tempat yang mestinya menjadi lahan hijau atau tempat penyerapan air, ini menjadi sebaliknya bahkan menjadi bangunan permanen sehingga tempat penyerapan air tidak banyak terlihat lagi, salah satunya menjadi penyebab banjir yang tak kunjung ada solusinya. Tidak hanya menyebabkan banjir, tapi pembangunan sembarangan yang tidak karuan dalam banyak jumlah bisa menyebabkan kebakaran karena tidak adanya jarak dari satu rumah ke rumah lain, dan wilayah yang terlalu padat juga menghasilkan sampah yang terlalu banyak kadang sehingga tidak bisa lagi terurus. Dan karena Jakarta sebagai ibukota, terlalu banyaknya penduduk asli ditambah pendatang membuat lalu lintas di Jakarta menjadi sangat ramai yang menyebabkan kemacetan.


  1. Pembangunan wilayah


Pertumbuhan fisik perkotaan dapat ditandai dengan bertambahnya jumlah bangunan yang ada di wilayah tersebut. Bangunan di perkotaan dapat berupa bangunan untuk pemerintahan, perkantoran, permukiman penduduk dan industri. Sebagai lokasi keberadaan ibukota Negara Republik Indonesia, Provinsi DKI Jakarta mengalami pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Dalam bidang pemerintahan, di Jakarta yang sebagai ibukota terdapat semua jenis kantor pemerintahan pusat. Dalam bidang perkantoran, di Jakarta banyak sekali terdapat berbagai jenis gedung perkantoran dari berbagai perusahaan dalam/luar negeri. Dalam bidang pemukiman penduduk, pulau Jawa yang mencakup setengah dari total penduduk Indonesia, Jakarta memiliki pemikiran penduduk yang padat. Dalam industri, selain perkantoran di Jakarta juga terdapat banyak berbagai pabrik industri dari dalam/luar negeri.

Menganalisis Tata Ruang DKI Jakarta